Home / KARYA KITA / MAHASISWA SARJANA 1 TIDAK WAJIB BUAT SKRIPSI

MAHASISWA SARJANA 1 TIDAK WAJIB BUAT SKRIPSI

IMG_6491KETUA APTISI JAWA TIMUR DAN REKTOR UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG

Penghapusan skripsi bagi mahasiswa program S1 (strata satu) oleh Kemenristek Dikti disambut pro-kontra kalangan akademisi. Yang setuju menilai, langkah itu bisa memerangi plagiasi dan jual beli skripsi, termasuk ijazah palsu.

Seperti diungkapkan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jawa Timur Prof. Dr. H. Suko Wiyono S.H., M.H. Menurutnya, penghapusan skripsi sebagai tugas akhir akan efektif mengurangi angka plagiasi yang kerap terjadi dalam penulisan ilmiah. Terutama di kalangan mahasiswa S1. ”Menyusun skripsi kan hanya tinggaldownload saja dari internet. Atau menyadur dari skripsi orang lain,” ungkap Suko.

Rektor Universitas Wisnuwardhana itu menambahkan, sebenarnya pada era 1980-an silam, Indonesia juga sudah menerapkan S1 tanpa skripsi. Bahkan, tanpa skripsi, kualitas lulusan yang didapatkan juga bagus. Karena dikonversikan dengan tugas akhir yang sesuai dengan praktik. Sehingga, hasil yang didapatkan lebih empiris. ”Kalau berupa laporan mengenai kegiatan, saya rasa hasilnya lebih aktual,” tandas dia.

Untuk diketahui, Kemenristek Dikti mengeluarkan kebijakan cukup mengagetkan, sekaligus menggembirakan bagi mahasiswa semester akhir S1. Berdasarkan informasi di salah portal berita online, Menristek Dikti M Nasir mengatakan bahwa mahasiswa S1 tidak wajib lagi membuat skripsi. Keputusan itu diambil sebagai tanggapan atas maraknya ijazah palsu dan jual beli skripsi di kalangan mahasiswa. Sebagai gantinya, mahasiswa diminta membuat laporan mengenai pembelajaran mandiri. Bentuknya juga karya tulis, tapi bukan skripsi dan sifatnya opsional atau pilihan.

Sementara itu Wakil Rektor III UIN Maliki Malang Dr Agus Maimun MPd menyatakan ketidaksetujuannya jika skripsi dihapuskan. Sebab, skripsi merupakan bentuk aktualisasi dari ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan yang dituangkan dalam karya tulis.

Menurut salah satu pakar pendidikan ini, penulisan skripsi bisa menjadi media belajar bagi mahasiswa untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan. ”Tidak semua orang bisa menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Melalui skripsi, mahasiswa bisa belajar. Selain itu, menurut saya, bisa menjadi kenang-kenangan semasa kuliah,” tuturnya.

Namun, dia juga tidak menampik jika selama ini banyak mahasiswa yang terhambat kelulusannya karena faktor skripsi. Dan itu masih bisa diakali. Caranya, dengan memprogram proposal penulisan skripsi pada semester enam akhir atau semester tujuh awal. ”Dengan begini, harapannya mahasiswa bisa lulus tepat waktu,” tandas dia.

Sementara itu Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Ir Moh Bisri MP lebih memilih wait and see soal wacana tersebut. ”Saya menunggu surat tertulis resmi dari Kemenristek Dikti saja,” terangnya melalui pesan singkat, kemarin petang.

Salah satu mahasiswa yang pernah lulus S1 tanpa menyelesaikan skripsi adalah Rizky Aditya Putra. Alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB Jurusan Managemen angkatan 2007 ini berhasil lulus setelah menyerahkan laporan dari usaha yang dia geluti. Yakni bisnis clothing dengan omzet minimal Rp 40 juta per bulan, pada 2010 lalu. ”Saya mendapatkan ijazah seperti mahasiswa lain yang menulis skripsi dengan menyerahkan laporan penjualan dan kondisi usaha yang saya jalankan kepada kampus,” bebernya. ”Dan itu menjadi pengganti skripsi, karena saya sudah mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan di manajemen,” tegas peraih juara I Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2009 itu.

 

Sumber diambil dari: Jawa Pos Radar Malang 25 Mei 2015

Loading