GEOPOLITIK INDONESIA DI TENGAH PUSARAN POROS MARITIM DUNIA
Unidha-Malang. Universitas Wisnuwardhana Malang menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Geopolitik Indonesia Di Tengah Pusaran Poros Maritim Dunia” yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2020, pukul 13.00 WIB – selesai melalui aplikasi zoom dan live streaming Youtube “divpromotion.unidha”. Kegiatan ini diikuti oleh + 2000 peserta dari berbagai kalangan. Narasumber yang dihadirkan yaitu Dr. Nasir Tamara, D.E.A., D.E.S.S. (Ketua Umum Ikatan Ilmuan Indonesia Internasional dan Dosen tamu program magister ketahanan nasional Universitas Gajahmada), Daya Negeri Wijaya, M.A. (Dosen sejarah Universitas Negeri Malanh dan Ph.D (cand) University of Porto, Portugal), dan Yahya Sultoni, S.H., M.Si. (Han) (Dosen PPKn Universitas Wisnuwardhana Malang).
Dr. Nasir Tamara, D.E.A., D.E.S.S. pada pemaparan materi pertama menyampaikna bahwa topik ini sangat relevan sekali saat ini karena sekarang sedang terjadi ketegangan di laut china selatan di daerah dimana ada Natuna dan wilayah kita disitu sangat besar. Jika kita melihat geopolitiknya, indonesia berada di sebuah samudera yang sangat besar yaitu samudera pasifik, dan tiga negara raksasa yaitu Amerika Serikat, China, dan Rusia yang harus diperhitungkan karena sama-sama berada di pasifik.
Akan terjadi perubahan besar di dunia ketika terjadi dua hal yaitu ketika terjadi perang dunia dan ketika terjadi pandemi besar seperti flu spanyol (seratus tahun yang lalu) yang membunuh puluhan ribu orang di Indonesia. pandemi ini juga akan merubah geopolitik kita, bagaimana caranya? Yaitu setiap negara mempunyai strategi di dalam memenangkan posisi strategisnya. Strategi itu ada dua yaitu soft power dan hard power. Indonesia memiliki modal sosial, politik dan sejarah (Indonesia pernah memimpin negara-negara berwarna) yang harus kita kembangkan sebagai strategi soft power.
Selanjutnya Daya Negeri Wijaya, M.A. pada materi kedua menyampaikan bahwa geopolitik Indonesia yaitu bagaimana kebijakan politik Indonesia yang didasarkan pada kondisi geografis. Sehingga kita bisa melihat kekuatan dan kelemahan dari potensi yang kita miliki. kenapa Indonesia mulai memperkuat jalur maritimnya, karena kita memiliki potensi alur laut kepulauan Indonesia. Kalau ada negara yang kondisi geografisnya yang tidak memliki potensi tersebut, maka ada kecenderungan mereka akan bersifat ekspansif, artinya mereka berupaya untuk memperluas wilayah untuk membangun koloni-koloninya. Jadi kita harus memahami kondisi saat ini dari perspektif historis, karena dengan kita mengetahui pola-pola sejarah maka kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, bertindak dan berperilaku.
Yahya Sultoni, S.H., M.Si. (Han) menyampaikan dalam sesi materi terakhir bahwa faktor alam mempunyai peranan penting dan sangat vital dalam menentukan the state and political power. Pada East Asia Summit November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar, Presiden Joko Widodo mencetuskan satu doktrin yang memfokuskan pengembangan sektor kelautan Indonesia pada abad ke-21 dan menekankan 5 (lima) pilar utama dalam Poros Maritim Dunia, yaitu budaya maritim, ekonomi maritim, konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan keamanan maritim. Ketika kita berbicara tentang geopolitik dan poros maritim, Indonesia mempunyai potensi yang sangat kuat. Kita tidak usah berkecil hati atau cemas dengan potensi ancaman, tapi jadikan ancaman itu sebaga challenge. Jadi tantangan kita yaitu bagaimana membangun dan menyongsong Indonesia ini sebagai poros maritim. (ism-red)
Live kegiatan ini bisa disaksikan di bawah ini.
Materi bisa diakses melalui laman ini: http://conference.wisnuwardhana.ac.id/webinar-unidha-geopolitik-2020/