MEET & GREAT BEDAH FILM BRUSH WITH DANGER BERSAMA KARYA ANAK BANGSA LIVI ZHENG
Unidha-Malang. Universitas Wisnuwardhana Malang mendapat kesempatan untuk menyelenggarakan Meet & Greet Bedah Film “Brush with Danger” karya anak bangsa Indonesia, Kamis, 5 November 2015 di Aula Utama Universitas Wisnuwardhana Malang. Kegiatan ini diikuti oleh + 1500 mahasiswa Unidha serta siswa SMA/K se Malang Raya.
Film “Brush with Danger” ini merupakan hasil karya anak bangsa yaitu Livi Zheng. Livi Zheng dalam film ini berperan sebagai sutradara sekaligus menjadi pemeran utama. Film pertamanya ini berhasil menjadi salah satu nominator Oscar Kategori Best Picture. Film ini bersaing dengan film-film box office seperti The Hunger Game.
Dalam kegiatan tersebut, Rektor Universitas Wisnuwardhana Malang, Prof. Dr. Suko Wiyono, S.H., M.H. dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Livi Zheng terhadap kesuksesan yang sudah diraihnya sampai saat ini. Karya anak bangsa ini diharapkan dapat menular terhadap anak-anak bangsa lainnya terutama mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang. Kesuksesan tersebut didapt dengan tidah mudah. Butuh upaya kuat dan kerja keras yang tinggi untuk mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan ini diharapkan sebagai motivasi untuk mengembangkan segala potensi yang ada disetiap individu mahasiswa.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan bedah film “Brush with Danger” oleh Livi Zheng. Beliau menceritakan film ini tentang perjuangan dua kakak beradik asal Asia yang menjadi imigran gelap di Amerika Serikat. Kisahnya penuh dengan action, dramatis, dan dibumbui komedi. Dara cantik yang menghabiskan masa kecil di Kota Malang ini berbagi pengalamannya. ”Saya sudah mulai tahun 2007 mulai menekuni dunia perfilman. Memang targetnya menjadi sutradara,” terang perempuan yang sejak tahun 2007 ini tinggal di Amerika Serikat.
Menurut Zheng, awal karirnya di dunia film hingga menjadi sutradara adalah hal yang tidak mudah. Dia pernah menjadi pembantu umum untuk pembuatan film. Dia juga pernah menjadi kru lampu, kru katering, asisten produksi hingga berhasil menjadi sutradara. ”Namun ketika sudah membuat naskah ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Naskah saya harus dirombak hingga 32 kali,” jelasnya.
Awal memang Livi sempat kecewa. Perempuan yang menghabiskan masa remaja di Beijing ini tidak pernah putus asa. Naskah yang bolak-balik dirombak itu, akhirnya bisa juga dibuat menjadi film. ”Alasannya karena adegan dalam skenario yang saya buat itu, susah untuk direalisasikan. Karena memang adegannya action. Genre film saya adalah action,” terang perempuan yang mahir bermain wushu ini.
Peraih Diaspora Creative Awards ini juga sempat kecewa. Sebab, tidak ada kru film yang mau bergabung bersamanya. ”Apa karena saya masih muda sehingga tidak dipercaya,” cerita peraih 26 medali dan piala di pertandingan bela diri internasional ini.
Walau sempat galau di awal, akhirnya dia menemukan kru yang bagus. Kru ini adalah orang yang pernah ikut pembuatan film The Hunger Game dan Star Wars. ”Saya juga bermain di film saya ini. Saya dan saudara laki-laki Ken Zheng, bermain dalam film action ini tanpa menggunakan stunt man,” terang President of Asian American Cinema Association ini.
Kegiatan diakhiri dengan Tanya jawab serta foto bersama dengan Livi Zheng. Antusiasme peserta sangat meriah dan menyambut positif kegiatan ini. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan motivasi untuk terus berkarya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Maju karya anak bangsa, majulah anak bangsa Indonesia.(ron-red)
Rektor saat memberikan sambutan
antusiasme mahasiswa dan siswa SMA pada pemutaran trailer film Brush with Danger