SEMINAR NASIONAL: MENYAMBUT 25 TAHUN LINK AND MATCH DI ERA SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOAL’S (SDG’s)
Kota Malang, Memo X – SDM sebagai aset utama negara untuk maju, bukan kekayaaan alamnya. SDM harus menguasai ilmu pengetahuan, kompetensi dan IPTEK, serta menguasai SQ dan EQ. Sementara Iptek dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah barang yang diproduksi dan kualitas produk agar bersaing di pasar global. Sehingga teknologi harus dikuasai SDM dalam negeri, agar menjamin kesejahteraan, kesinambungan dan pertumbuhan ekonomi dalam penguasaan pasar global.
Hal tersebut disampaikan Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro (Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1993-1998) dalam Seminar Nasional menyambut 25 tahun Link And Match di Era Sustainable Development Goal’s (SDG’s), di Aula Gedung F2 Universitas Wisnuwardhana, Selasa (25/4). Pengamat pendidikan ini menjelaskan, dalam membangun tekad mensejahterakan bangsa diperlukan pengembangan SDM dan pemanfaatan Iptek. “Ada 3 faktor utama yang harus ditingkatkan dalam keberhasilan strategi pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development), diantaranya SDM, penguasaan Iptek, dan tempat kerja (perusahaan). Selanjutnya didukung lingkungan dan kebijakan yang kondusif, seperti kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan dan mendorong daya saing dari produksi,” jelasnya.
“Sejarah link and match, salah satu program yang diluncurkan Mei 1993, antara pendidikan dengan dunia kerja tidak saja untuk bidang industri, tetapi menyangkut berbagai bidang, yakni mutu, isi kurikulum, dan budaya kerja perusahaan. Artinya pendidikan harus bermutu tinggi, isi kurikulum relevan dengan kebutuhan dunia kerja, dan SDM dapat menyelesaikan diri dengan budaya kerja, baik mutu, hasil dan produktifitas. Awalnya link and match diterapkan di SMK dengan mengintroduksi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Praktek Kerja Industri (Prakerin). Sedangkan SMK dianjurkan membuat unit produksi memanfaatkan mesin produksi yang ada dan kemampuan bekerja para siswa. Namun, tidak semua SMK dan siswa yang bisa menerapkan, hanya terbatas kepada beberapa siswa saja. Dan seiring perkembangan link and match akhirnya bisa diolah dan bermanfaat relevan hingga saat ini. Semua butuh proses,” urainya.
Sementara Pendidikan tidak bisa terpisahkan dengan dunia nyata, karena hasil pendidikan menentukan masa depan siswa itu sendiri. Sebab dunia kerja sangat beragam dan bertingkat. SDM berpengalaman, berpengetahuan, terampil dan menguasai Iptek yang diperoleh dari pendidikan akan lebih siap dalam berkompetisi dengan berbekal kompetensi.
Rektor Unidha, Prof Dr Suko Wiyono SH, MH mengatakan, perlu sistem buka tutup pendidikan Vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga jurusan yang ada di SMK atau Perguruan Tinggi yang memiliki prodi Vokasi bisa berubah sejalan dengan kebutuhan dunia kerja. “Tidak dibuka terus jurusan tersebut, perlu sistem buka tutup. Karena dikhawatirkan lowongan kerja yang terpenuhi tidak bisa menampung lulusan yang ada. Resikonya tingkat pengangguran pada jurusan tersebut akan menumpuk dan bisa meninggi,” jelasnya.
Sedangkan pemateri lainnya yakni Ir Abdul Azis Hoesein. Dipl.HE, M.EngSc. (Mantan Direktur Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Mantan Deputi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan), dan Dr. Imam Ropi’i. S.H. M.H. (Kaprodi Magister Ilmu Hukum Unidha), sebagai pemateri Full Paper bagi dosen dan dosen muda, serta penguat pemaparan Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro. (rhd/jun)
Diambil dari sumber : https://malang.memo-x.com/25894/wardiman-djojonegoro-link-and-match-masih-relevan.html/2